Jumat, 26 Desember 2008

Sriatun, Mengolah Sampah Menjadi Rupiah


Sampah bila diolah tidak membuat susah, justru akan menjadi pundi-pundi rupiah. Peraih kalpataru 2008 kategori perints lingkungan hidup Sriatun Jupri mengatakan produk berbahan daur ulang dari sampah akan mendatangkan uang yang bisa menamb ah penghasilan keluarga.

Sriatun menceritakan pengalamannya sejak 1973 berjuang mengubah pola hidup masyarakat sekitar tempat tinggalnya agar lebih sadar lingkungan. Warga Jambangan, Surabaya itu pada Jumat (26/12) menuturkan manfaat sampah untuk memotivasi siswa SMP Negeri 2 Kebomas dan SMP 25 Surabaya di SMP Negeri 2 Kebomas Gresik.

Perjuangan Sriatun selama 35 tahun sejak 1973 tak pernah surut. Dari masa ke masa, ibu dua anak itu aktif berorganisasi. Dulu, Sriatun muda berjuang untuk jambanisasi. Saat itu masyarakat tempat tinggalnya terbiasa membangun WC helicopter di bantaran sungai. Sedikit demi sedikit kebiasaan itu dihilangkan, namun dengan habisnya WC helicopter bukan berarti perjuangan Sriatun selesai.

Kini pendekar Kalpataru ini sehari-hari bergelut dengan sampah, mulai dari memilah sampai memroses sampah menjadi rupiah. Sriatun mencontohkan barang-barang hasil daur ulang sampah berupa tas belanja Rp 25.000 hingga Rp 75.000. Sementara itu taplak meja dari daur ulang sampah Rp 50.000 dan setangka bunga merah kuning da putih setangkainya Rp 5.000.

Tas belanja seharga Rp 25.000 yang dimaksud Sriatun adalah tas yang terbuat dari bekas pembungkus sabun cair. Sedangkan tas yang seharga Rp 75.000 terbuat dari bekas plastik kecap. Taplak meja dibuat dari plastik sedotan air minum kemasan. Bunga warna-war ni terbuat dari plastik kresek, bekas botol air kemasan, kulit bawang putih serta beberapa sampah yang lain.

Menurut Sriatun, harga barang yang ditawarkan dari bahan daur ulang sampah memang mahal, karena pemasarannya diekspor ke Jepang. Selain itu, banyak tamu baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang datang membeli produk dari sampah. Para ibu-ibu rumah tangga yang berkerajinan daur ulang sampah di sekitar tempat tinggalnya saat ini berpenghasilan rata-rata sebulan Rp 500.000. "Itu suatu jumlah yang lumayan untuk membantu kebutuhan rumah tangga," tuturnya.

Kepala SMP Negeri 2 Kebomas Gresik, Yudho Siswanto mengatakan Sriatun diundang secara khusus ke sekolahnya untuk memberikan pencerahan kepada para siswa dan anggota PKK sekitar sekolah. Kepeloporan Sriatun diharapan bisa membangkitkan semangat siswa. Sriatun diundang dalam memeringati hari Ibu ke-80 dan menyambut tahun baru 1430 Hijriyah.

Yudho menjelaska kehadiran 30 pelajar, 20 guru beserta kepala SMP Negeri 25 Surabaya, Libia studi bandig ke SMP 2 Kebomas Gresik. Mereka ingin belajar lebih banyak tentang mengelola sekolah yang berorientasi lingkungan menuju sekolah Adiwiyata seperti SMP Negeri 2 Kebomas. "SMP Negeri 2 Kebomas mengembankan pupuk kompos," ujarnya

Tidak ada komentar: