Senin, 29 Desember 2008

Masa Sulit untuk Komoditas di 2009


London - Harga-harga komoditas akan menghadapi masa-masa sulit akibat resesi yang akan membayangi perekonomian global di tahun 2009. Termasuk harga minyak yang akan terus mendapat tekanan di awal-awal tahun.

"Menghadapi tahun 2009, kami percaya bahwa beberapa harga komoditas akan melampaui penurunannya dalam merespons pelemahan aktivitas ekonomi yang paling buruk sejak era 'Great Depression'," ujar analis Deutsche Bank, Michael Lewis seperti dikutip dari AFP, Senin (29/12/2008).

Harga minyak mentah dunia akan menghadapi tekanan di awal-awal tahun, sebelum akhirnya akan mencapai stabilitasnya di tahun 2009. Harga minyak diprediksi masih akan menghadapi masa sulit setelah gejolak yang berlangsung di tahun 2008.

Seperti diketahui, harga minyak mentah bergerak sangat bergelombang di tahun 2008 ini. Harga minyak mengawali tahun 2008 di level US$ 95 per barel. Dan harga minyak untuk pertama kalinya menembus US$ 100 per barel pada 2 Januari 2008.

Berbagai pemicunya adalah gejolak di Nigeria yang merupakan salah satu produsen utama, serta masalah suplai di beberapa pasar kunci AS. Termasuk pula masalah volatilitas pergerakan dolar AS.

Harga terus meroket ke US$ 110,120,130 hingga rekor baru tercipta di US$ 147 per barel pada 11 Juli 2008. Pada saat itu, kontrak minyak jenis light menembus US$ 147,27 per barel, sementara kontrak London untuk minyak Brent menembus US4 147,50 per barel.

Namun setelah itu, harga meluncur tajam seiring krisis finansial global yang mengakibatkan resesi menjamur di berbagai belahan dunia. Harga minyak sempat mencapai titik terendahnya di bawah US$ 33 per barel.

Dan Pada penutupan perdagangan di New York Merchantile Exchange akhir pekan lalu, kontrak minyak Februari ditutup naik 2,36 dolar ke level US$ 37,71 per barel. Di London, minyak jenis Brent juga naik 1,76 dolar ke level US$ 38,37 per barel.

"Kami memperkirakan harga minyak di awal 2009 masih akan mendapatkan tekanan karena melemahnya proyeksi permintaan serta akibat pelemahan ekonomi dunia yang terus berlanjut," ujar Nimit Khamar, analis dari Sucden di London.

"Di akhir kuartal II-2009, kami memperkirakan harga akan stabil dan mencapai harga dasar, karena OPEC dapat menerapkan rencana penurunan produksi dan terus memangkas produksinya lebih lanjut," tambahnya.

Setelah harga minyak anjlok tajam, OPEC sudah menurunkan produksinya selama 3 kali yakni pada September, Oktober dan Desember. Namun nyatanya, harga tak bergerak bahkan terus meluncur ke bawah karena data-data yang semakin memperkuat melemahnya permintaan.

Dalam pertemuan terakhirnya, OPEC memutuskan menurunkan produksi hingga 2,2 juta barel atau yang terbesar dalam sejarah menjadi 24,85 juta barel.

Seiring proyeksi jatuhnya harga-harga komoditas, para ekonom juga mulai mengkhawatirkan munculnya deflasi. Jika itu terjadi, maka perekonomian dunia pun bisa semakin menderita, padahal masih harus menghadapi masalah ketatnya likuiditas.

"2008 akan menjadi salah satu tahun yang paling bergejolak dan sulit untuk minyak," ujar Peter Beutel, analis dari konsultan energi Cameron Hanover.

"Ini adalah sebuah tahun yang dimulai dengan melonjaknya harga minyak dan semuanya membuat inflasi terburuk dalam 3 dekade terakhir. Namun 2008 diakhiri dengan ledakan deflasi dan resesi terburuk dalam 7 dekade terakhir," imbuhnya.

Merrill Lynch memperkirakan harga minyak akan berada di kisaran US$ 50 per barel. Sementara Deutsche Bank memperkirakan harga berada di kisaran US$ 47,50 per barel, atau lebih rendah dari proyeksi semula US$ 60 per barel.

(qom/qom)

Konflik Israel-Hamas, Minyak Tembus Lagi US$ 40

London - Konflik Israel dan Hamas yang kembali memanas membuat harga minyak mentah dunia yang sempat redup kembali bergejolak. Harga minyak mentah kembali sampai ke level US$ 40 per barel.

Pada awal perdagangan Senin (29/12/2008) di InterContinental Exchange London, minyak jenis Brent North Sea pengiriman Februari melonjak hingga 3,53 dolar ke level US$ 41,90 per barel.

Sementara kontrak New York untuk minyak jenis Light Sweet pengiriman Februari melonjak 3,50 dolar ke level US$ 41,21 per barel.

Para pialang khawatir memanasnya konflik di jalur Gaza akan menyebar hingga ke wilayah-wilayah kaya minyak di Timur Tengah.

"Faktor geopolitik telah menghilang dari kancah perminyakan dalam beberapa bulan terakhir, namun akan mendapatkan lagi harga premiumnya dengan munculnya konflik di Gaza," ujar Olivier Jacob dari konsultan Petromatix dalam catatan risetnya, seperti dikutip dari Reuters.

Seperti diketahui, Israel kembali menyerang Hamas di Gaza. Sekitar 300 orang tewas akibat serangan Israel tersebut.

Tak hanya karena faktor politik, harga minyak juga kembali melonjak karena OPEC mulai merealisasikan keputusan pengurangan produksinya. Dalam pertemuan terakhirnya, OPEC memutuskan mengurangi produksi hingga 2,2 juta barel per hari per 1 Januari 2009.

Tak hanya harga minyak, harga emas pun ikut melambung karena faktor geopolitik tersebut. Harga emas tercatat naik lebih dari 2%, yang merupakan terkuat sejak awal Oktober.

Dolar Ikut Terguncang

Tak hanya komoditas minyak dan emas, dolar AS juga ikut terguncang oleh konflik di Gaza. Pada awal perdagangan di London, dolar merosot tajam atas euro dan yen.

Euro diperdagangkan menguat hingga 1,4278 dolar, dibandingkan sebelumnya di level 1,4025 dolar. Sementara terhadap yen, dolar AS juga melemah ke level 90,44 yen, dari sebelumnya di 90,78 yen.

Dolar AS memang kerap kali menghadapi tekanan jika Timur Tengah menghadapi konflik.

"Perkembangan di timur Tengah sepertinya akan tetap membuat euro menguat paling tidak dalam satu atau dua hari," ujar Yuji Saito, head of Forex dari Societe Generale seperti dikutip dari AFP.

(qom/qom)

Kebijakan Ekonomi SBY-JK Dinilai Miskin Terobosan


Jakarta - Kebijakan ekonomi pemerintahan SBY-JK dianggap sangat miskin terobosan. Sementara tim ekonominya dinilai memiliki kemampuan prediksi yang buruk.

Hal tersebut disampaikan pengamat ekonomi dari Komite Indonesia Bangkit, Hendri Saparini, dalam diskusi ekonomi akhir tahun pemerintahan SBY-JK, di Hotel Acacia, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (29/12/2008).

"Tim ekonomi SBY-JK sangat miskin terobosan kebijakan yang berpihak kepentingan nasional. Ini karena tidak mau atau tidak mampu. Menurut saya, ini karena tidak mau, maka tidak mampu untuk mengubah kebijakan ekonomi," kata

Selain itu, lanjut Saparini, prediksi tim ekonomi pemerintahan SBY-JK begitu lemah dan itu bisa dilihat dari banyaknya revisi dalam APBN.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi SBY-JK tidak dibarengi dengan kesiapan
mengatasi krisis yang lebih berat di tahun mendatang. Ini disebabkan, prediksi untuk penyelamatan dampak krisis ekonomi global hanya difokuskan pada sektor finansial, bukan sektor riil.

"Prediksi dampak krisis, tim ekonomi menyatakan krisis finansial bisa dilokalisasi di sektor itu. Itu salah, padahal ada keterkaitan perdagangan AS dengan negara Asia Timur sangat besar pengaruhnya," jelasnya.

Seharusnya, Saparini menambahkan, pemerintahan SBY-JK seharusnya punya sikap tegas dalam memprediksi pertumbuhan ekonominya dan tidak membubuhi dengan embel-embel yang bermuatan kampanye.

Sementara pengamat ekonomi dari INDEF, Fadhil Hasan mengatakan, keberhasilan dan ketidakberhasilan kinerja SBY-JK bisa dilihat bila pemerintah bisa mengurangi kemiskinan, pengangguran dan pertumbuhan yang berkualitas (menyerap tenaga kerja) serta menurunkan harga sembako.

Namun Fadhil menilai, janji-janji pemerintah untuk menaikan pertumbuhan, mengentaskan kemiskinan, pengangguran dan membuka lapangan kerja tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Fadhil mengungkapkan, indikator penurunan kemiskinan di era SBY sangat fluktuatif 15,4 persen di 2008 dan 17,6 persen di 2006. Namun untuk tahun 2009 diperkirakan bertambah karena maraknya PHK.

Demikian pula soal angka penurunan pengangguran pada tahun 2005-2008 yang diklaim menurun dari 12 persen menjadi 8,6 persen sangat diragukan. Pasalnya, bila dilihat kondisi tenaga kerja di bidang pertanian, perdagangan, hotel dan restoran akan terlihat penyerapan tenaga kerjanya sangat rendah.

Saparini menilai, pemerintahan SBY-JK kurang berpihak apda sektor riil. Namun untuk pasar finansial, terlihat sangat berpihak. Sebagai gambaran, pemerintah mengeluarkan program buy back sebesar Rp 24 triliun untuk mengatasi anjloknya IHSG.

Saparini menilai kebijakan itu salah karena dana sebesar itu seharusnya bisa didorong untuk ekonomi sektor riil yang mampu menggerakan ekonomi dan berbeda dengan dunia pasar modal yang belum tentu bisa menggerakan sektor riil.

(zal/qom)

Jumat, 26 Desember 2008

Selamatkan 30% Investasi ke Emas


Jakarta - Krisis finansial global diprediksi akan berlangsung lama. Investor yang ingin mencegah penurunan investasinya di surat berharga bisa melakukan diversifikasi sepertiga investasinya ke emas.

Meski harga emas cenderung turun yang per 20 November 2008 ada di posisi US$ 735,9 per troy ounce, namun emas bisa menjadi pelindung di saat investasi di pasar modal penuh ketidakpastian.

Jika harga emas US$ 735,9 per troy ounce maka harga emas per gram menjadi US$ 23,66 (1 troy ounce = 31,1 gram) sehingga harga emas dalam rupiah menjadi sekitar Rp 284 ribu per gram (kurs 12.000/US$).

"Memang harga emas cenderung turun, tapi ini waktu yang tepat untuk mengamankan investasi. Minimal 30% investasi bisa didiversifikasi ke emas," kata Ketua Asosiasi Pedagang Emas dan Permata Indonesia (Apepi) Jeffrey Thumewa dalam perbincangannya dengan detikFinance, Kamis (20/11/2008).

Jeffrey menilai dengan melakukan diversifikasi ke emas maka nilai investasi akan lebih solid apalagi situasi ekonomi dalam negeri juga ikut tertular krisis seperti saat ini.

Diakui Jeffery, tren harga emas saat ini sedang turun mengikuti harga minyak dunia. Namun menurutnya meski harga emas turun sepanjang nilai dolar AS menguat tidak akan ada penurunan nilai investasi.

"Kecuali harga emas turun dan dolar ikut turun maka nilai investasinya akan menurun," katanya.

Namun dia optimistis penurunan harga emas tidak akan sedrastis harga minyak, karena harga minyak lebih banyak unsur politisnya seperti kepentingan negara-negara besar.

Jeffrey mengaku pelaku pasar di komoditas emas memang sulit memprediksi sampai kapan situasi ekonomi akan pulih. Namun untuk berjaga-jaga menghadapi kelesuan ekonomi yang akan berkepanjangan ini, pembelian emas saat ini merupakan momentum yang tepat.

"Kalau pun investasi emas jangan yang ada di pasar berjangka, karena pasar global sedang susah lebih baik membeli dalam bentuk fisik," saran Jeffrey.

Hingga saat ini menurut Jeffrey memang belum ada animo beli yang besar terhadap emas. Semua pemilik dana memilih wait and see melihat perkembangan situasi global.

"Tapi menurut saya justru saat ini adalah waktu yang tepat untuk investasi emas," katanya.


Bagaimana dengan Anda?

Investasi Valas? Lihat Dulu Prospek Rupiah


Jakarta - Pelemahan rupiah yang mencolok terlihat sejak Oktober 2008. Rupiah sempat anjlok ke 12.850 per dolar AS namun kemudian bisa menguat lagi seiring dengan kebijakan valas oleh Bank Indonesia. Lalu bagaimana prospek rupiah di ujung tahun hingga awal tahun depan?

Tidak ada salahnya bagi investor yang rajin berinvestasi di valas melihat dulu arah pergerakan mata uang lokal ini. Berikut analisa dan prospek rupiah dari analis Danareksa Sekuritas, Aldo Perkasa seperti detikFinance, Senin (22/12/2008).

Rupiah sempat mengalami depresiasi yang cukup dalam hingga -30% (pada saat dolar AS mencapai Rp 12.400), dibandingkan dengan negara lainnya yang rata-rata mengalami depresiasi sebesar 10%, akibat ketakutan para investor asing terhadap negara berkembang.

Ekonom Danareksa melihat beberapa alasan yang menyebabkan pelemahan Rupiah terjadi:

1. Keengganan pemerintah untuk menerapkan kebijakan blanket guarantee. Beberapa negara seperti Singapura, Malaysia and Australia telah melaksanakan kebijakan blanket guarantee sejak bulan Oktober, dan ini memicu capital outflows yang kemudian mempengaruhi stabilitas mata uang kita. Dalam perkembangan terakhir, beberapa pihak telah mengusulkan kebijakan ini kepada pemerintah, namun tampak pemerintah masih terus mendiskusikan hal tersebut.

2. BI telah mengeluarkan kebijakan untuk transaksi dolar AS yang mengatur jumlah maksimum dolar AS yang dapat dibeli setiap bulannya. Namun, dengan sosialisasi yang kurang, hal ini justru dapat memicu sentimen negatif terhadap Rupiah akibat pemegang USD yang merasa khawatir untuk sulit mendapatkan USD kembali di masa mendatang, sehingga membuat mereka berpikir dua kali untuk menukarkan USD-nya.

3. Investor global mungkin melihat ekonomi Indonesia sebagai salah satu yang memiliki risiko mata uang yang besar. Hal ini disebabkan oleh tingginya rasio utang luar negeri terhadap cadangan devisa yang sekitar 2,8x dibandingkan rata-rata Asia yang hanya 1,1x.
Dalam perkembangan terakhir, rupiah mengalami penguatan yang cukup signifikan ke level Rp 10.900-an di minggu kedua bulan Desember.

Ekonom Danareksa juga melihat potensi penguatan USD akan terus berlanjut hingga ke Rp 10.000/USD di Januari 2009 yang didukung oleh beberapa hal:

1. Indonesia bukan negara export dependent.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Indonesia memiliki rasio ekspor terhadap Pendapatan per Kapita yang paling kecil dibandingkan dengan negara tetangga. Maka seharusnya ekonomi Indonesia merupakan salah satu yang paling bisa bertahan di tengah krisis global ini.

Indonesia memiliki rasio tingkat ekspor terhadap pendapatan per kapita yang cukup kecil dibandingkan dengan negara tetangga, yaitu sekitar 30%, dibandingkan dengan Malaysia 110%, Singapura 230% dan Thailand 73%.

2. Tingkat inflasi dan suku bunga yang stabil.
Seiring dengan penurunan harga komoditas dunia, maka tingkat inflasi akan ikut turun, begitu juga dengan suku bunga. Inflasi bulan November mulai menurun (0,12% dalam satu bulan terakhir dan 11,7% dalam satu tahun terakhir. Sementara BI Rate turun ke level 9,25%.

Hal ini akan berimbas positif pada ekonomi indonesia dan tidak akan memicu capital outflows, karena tren penurunan suku bunga juga terjadi di negara lain. Untuk tahun depan ekonom kami memperkirakan inflasi akan mencapai 8% dan BI rate 8,5% di akhir tahun 2009.

3. AS akan mencetak uang dalam jumlah besar. Fed telah menyuntikkan triliunan USD ke sistem finansial AS untuk mendukung perekonomiannya, dan ini dilakukan dengan cara mencetak uang, yang dikonfirmasikan dengan adanya stimulus sebesar USD 800 miliar, sehingga akan meningkatkan suplai USD di pasar. Seiring dengan kontraksi ekonomi AS, hal ini akan berpotensi menekan USD dan membantu Rupiah untuk mengalami apresiasi.

Aldo mengingatkan, di balik pasar finansial yang mulai rebound, kewaspadaan terhadap perkembangan ekonomi dunia dan domestik tetap perlu, sebab risiko terhadap perlambatan ekonomi tersebut masih ada sehingga kemungkinan bagi pasar finansial untuk mengalami koreksi kembali juga masih cukup besar.(ir/qom)

Mari, Ramai-Ramai Habiskan Anggaran...


Pada jajaran birokrasi pemerintahan, sudah lama ada kebiasaan di akhir tahun anggaran suka membuat proyek baru dan sifatnya dadakan. Proyek baru tersebut sering dituding sebagai cara ramai-ramai birokrasi menghabisi anggaran departemen yang masih tersisa, supaya seluruh anggarannya bisa terserap dan tahun depan tetap bisa mengajukan yang lebih besar lagi.

Di beberapa departemen seperti Departemen Pertanian dilaporkan juga baru melakukan sejumlah pelatihan bagi pegawainya, yang lokasinya di luar kota. Selain itu, ada juga departemen dan instansi Pemerintah yang tiba-tiba merenovasi bangunan kantornya.

Sejumlah wartawan tiba-tiba di akhir tahun ini juga banyak menerima undangan diskusi di kawasan Puncak, Bogor. "Kemarin saya ikut diskusi di Bulog, minggu besok lagi ikut diskusi di Kementerian Negara Koperasi dan UKM," ungkap seorang wartawan radio.

Di Istana Negara dan Istana Merdeka, penggantian karpet merahnya oleh pengelola Rumah Tangga Istana baru-baru ini, sempat pula dituduh cara-cara menghabiskan anggaran di akhir tahun. Nilai proyek penggantian karpet itu disebut-sebut miliaran rupiah.

Di Istana Wakil Presiden, juga ada tuduhan sejenis. Pasalnya, tiba-tiba semua pohon dan tanaman besar yang terletak di halaman Istana Wapres, ditempeli papan nama yang bertuliskan nama jenis pohon berikut nama latinnya. Padahal, sebelumnya pohon dan tanaman itu tak bernama. Seorang staf di Istana Wapres sempat berkomentar, proyek kecil-kecilan itu untuk menghabiskan anggaran Sekretariat Wapres yang masih tersisa. "Kalau mau menata, seharusnya dari dulu-dulu. Kenapa baru sekarang," ujarnya.

Benarkah demikian? Kepala Rumah Tangga Kepresidenan Achmad Rusdi membantah. Penggantian karpet lama dengan yang baru itu sudah kita rencanakan hampir setahun lalu. Karena itu menyangkut rancangan desain dan tender pengadaan barangnya. Jadi, bukan dadakan dan untuk menghabiskan anggaran akhir tahun, tandasnya, seraya menyebut karpet merah itu belum diganti sejak masa Presiden Megawati Soekarnoputri.

"Presiden kan, harus memberi contoh. Jadi, tidak mungkin Istana ikut-ikutan menghabiskan anggaran. Sejak dua tahun lalu, anggaran Kepresidenan selalu tersisa sampai Rp 50-60 miliar," tambahnya.

Bantahan yang sama juga disampaikan Deputi Seswapres Bidang Administrasi Henry Sulistyo. Pembuatan papan nama pohon itu sudah direncanakan lama, namun realisasinya baru sekarang. "Jadi, tidak benar mau sekadar menghabiskan anggaran," ujar Henry.

Diakui Henry, pembuatan sekitar 100 papan nama itu hanya proyek kecil, yang nilainya di bawah Rp 50 juta sehingga tidak menggunakan tender. "Pak Wapres sudah mewanti-wanti dan sering mengontrol, sehingga kita tidak mungkin kita main-main anggaran, sekadar untuk itu," lanjutnya.

Namun, di mata Inspektur Jenderal (Irjen) Departemen Keuangan Hekinus Manao, kecenderungan sejumlah birokrasi pemerintah menghabiskan dana di akhir tahun anggaran sudah lama menjadi keprihatinannya. "Memang, tidak semua melakukan. Akan tetapi, ini kebiasaan yang harus diubah," ujar Hekinus.

Ia pun bertekad tahun depan akan mewaspadai agar tidak terjadi pencairan anggaran dan permainan sulap yang bisa merugikan negara. Kecenderungan ini sudah lama terjadi. "Tim saya akan mewaspadai. Seharusnya, pencairan anggaran itu berlangsung tiap waktu secara berkesinambungan, dan tidak menumpuk di akhir tahun," tambahnya.

Menurut dia, jika anggaran departemen setiap tahunnya tersisa, dana itu tidak boleh dialihkan ke tahun depan. Konsekuensinya, tahun anggaran berikutnya, DPR dan Pemerintah bisa saja hanya menyetujui besaran dana yang jumlahnya lebih kecil dari sebelumnya, mengingat anggaran sebelumnya tak terpakai seluruhnya. Jangan-jangan karena itu, para birokrasi mengakali anggaran? Weleh-weleh...

Setelah Swasembada Beras, Lalu Apa Lagi?


Lebih dari 24 tahun menunggu, akhirnya swasembada beras tercapai juga. Swasembada tahun 2008 ini berbeda dibandingkan tahun 1984 karena swasembada kali ini tanpa sedikit pun dibarengi impor beras. Lain cerita pada 1984, di mana swasembada masih dibarengi dengan impor beras 414.300 ton. Mengapa kita bisa swasembada beras?

Pertanyaan ini penting diajukan sebagai refleksi sekaligus pijakan dalam upaya mempertahankan swasembada beras 2009 dan pada tahun-tahun yang akan datang.

Perlu diingatkan bahwa sejak munculnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, tidak ada lagi kemampuan pemerintah mengontrol budidaya pertanian. Petani bebas memilih komoditas apa yang akan mereka tanam tanpa ada tekanan atau paksaan untuk menanam komoditas tertentu yang diinginkan pemerintah.

Sejak itu, impor beras terus meningkat dan puncaknya tahun 1999, di mana impor beras mencapai 4,7 juta ton atau tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Melalui UU itu pula, era ”liberalisasi” budidaya pertanian dimulai karena tidak ada kendali pemerintah atas usaha tani. Satu-satunya faktor yang menjadi acuan petani memilih komoditas yang akan mereka tanam adalah faktor keuntungan.

Mudah diingat bahwa tahun 2007/2008 terjadi lonjakan harga komodita, baik di pasar domestik maupun internasional. Harga beras di Thailand bahkan melambung hingga 800 dollar AS per ton, beras Vietnam mencapai 600 dollar AS per ton. Begitu pula harga beras China, India, dan Pakistan melonjak. Lonjakan harga komoditas memicu ketakutan di antara negara-negara pengekspor beras.

China, India, dan Pakistan bahkan menghentikan ekspor sementara waktu. Akibatnya, suplai beras ke pasar dunia merosot. Melihat gejala buruk itu, Pemerintah Indonesia berkomitmen meningkatkan produksi tanaman pangan, di antaranya beras, jagung, dan kedelai.

Peningkatan produktivitas

Salah satu insentif yang diberikan pemerintah adalah menaikkan harga pembelian pemerintah untuk gabah dan beras, baik di tingkat petani maupun usaha penggilingan. Dengan begitu, diharapkan keuntungan petani meningkat dan muncul kegairahan untuk menanam padi. Luas tanam padi musim hujan periode Oktober 2007-Maret 2008 mencapai 7,86 juta hektar atau 3,4 persen di atas pencapaian luas tanam pada periode sama 2006/2007.

Lantas, bagaimana dengan produktivitas? Ada beberapa faktor penting dalam mendukung peningkatan produktivitas, antara lain iklim kondusif, benih unggul, pupuk, suplai air, serangan hama penyakit, dan pengelolaan pascapanen.

Sejak bergulirnya Program Peningkatan Produksi Beras (P2BN), penggunaan benih varietas unggul menjadi salah satu pilihan. Pada musim tanam 2008 saja, pemerintah mengalokasikan bantuan benih padi dalam APBN sebanyak 37.500 ton dengan sasaran areal tanam 1,5 juta hektar. Belum lagi bantuan benih dalam bentuk Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU), cadangan benih nasional, dan bantuan benih dalam bentuk subsidi harga kepada petani.

Begitu pula luas tanam padi hibrida ditingkatkan. Bantuan benih hibrida tahun ini sebanyak 1.285 ton dengan sasaran luas tanam 86.000 ton.

Bagaimana dengan pupuk? Suplai pupuk tahun 2007/2008 nyaris tanpa perubahan. Kelangkaan pupuk urea terjadi di mana-mana sehingga banyak petani yang kesulitan mendapatkan pupuk. Akibatnya, banyak pula tanaman padi milik petani yang terlambat dipupuk sehingga pertumbuhan tidak optimal. Dari 5,8 juta ton kebutuhan pupuk urea, pemerintah hanya mampu mengalokasikan 4,3 juta ton pada musim tanam tahun 2008.

Faktor penentu peningkatan produktivitas lain adalah stabilitas suplai air. Musim tanam padi Oktober 2007-September 2008 yang menjadi basis penghitungan produksi padi 2008 nyaris tanpa ada gangguan suplai air yang berarti. Hujan dan bencana banjir memang sempat mengganggu kualitas produksi padi dan merendam tanaman padi yang baru mulai tanam ataupun yang hampir panen.

Namun, bencana banjir 2007/2008 lebih banyak terjadi pada tanaman padi muda sehingga replanting bisa segera dilakukan dan luas lahan puso dapat diminimalkan. Data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Deptan menunjukkan, bencana banjir dan kekeringan musim tanam Oktober 2007-Maret 2008 hanya merendam tanaman padi seluas 335.056 hektar. Bandingkan dengan musim tanam 2006/2007 yang mencapai 485.868 ha.

Sementara musim kemarau yang berlangsung April-September 2008 merupakan jenis kemarau basah. Meskipun periode musim kemarau, hujan masih turun sehingga menolong budidaya padi. Pada musim tanam di musim hujan 2007/2008, ada serangan tikus, hama penggerak batang, tungro, kresek, dan blas yang terjadi pada 208.931 ha atau di atas serangan hama yang terjadi pada musim tanam di musim hujan 2006/2007 yang hanya 143.312 ha.

Kualitas panen

Lantas, bagaimana dengan program pascapanen? Musim panen 2008, Departemen Pertanian memperbaiki kualitas panen dengan memperkecil potensi kehilangan hasil.

Deptan mengalokasikan dana Rp 80 miliar untuk meningkatkan kualitas gabah petani dalam program gerakan pengamanan pascapanen. Dana itu untuk pembelian peralatan pertanian pascapanen, pendampingan, dan pengawalan. Alat-alat itu berupa sabit bergerigi (103.000 buah), alat perontok padi manual (1.000), alat perontok padi mekanik (400), dan 40.000 terpal ukuran 8 meter x 8 meter.

Bagaimana dengan jaminan pasar? Selain faktor harga dan peningkatan kualitas sistem budidaya padi oleh Deptan, jaminan pasar oleh Perum Bulog juga semakin memantapkan petani untuk menanam padi.

Terbukti dengan peningkatan pembelian beras Bulog tahun 2007 yang mencapai 1,76 juta ton dan tahun 2008 sebanyak 3,1 juta ton. Ini membuat petani semakin bersemangat untuk menanam padi. Akankah harga komoditas pertanian dunia, terutama beras, tetap tinggi pada masa mendatang? Akankah Bulog tetap memberikan jaminan pasar bagi petani di tengah krisis global ini?

Melihat besarnya pengaruh harga dalam meningkatkan produksi, faktor daya tarik harga pada 2009 dan tahun-tahun mendatang harus tetap dipertahankan bila Indonesia ingin tetap mempertahankan swasembada beras. Begitu pula dengan jaminan pasar oleh Bulog untuk mendorong stabilisasi harga beras di tingkat petani, pada level yang stabil tinggi.

Meski begitu, usaha Deptan melalui bantuan benih unggul, perbaikan irigasi, perbaikan pascapanen, dan perbaikan distribusi pupuk harus dipertahankan dan tetap ditingkatkan. Satu lagi pekerjaan rumah yang belum diselesaikan pemerintah, pengendalian laju konversi lahan. Tanpa menghentikan itu, swasembada beras hanya akan berlangsung sesaat karena setelah itu Indonesia akan menjadi importir beras terbesar dan akan semakin besar.

Setelah sukses mencapai swasembada beras, pertanyaan selanjutnya, apa lagi? Masih banyak pekerjaan rumah pemerintah, yakni swasembada gula, daging sapi, dan kedelai, yang saat ini jauh dari harapan.

Pengangguran di Jepang Meningkat


TOKYO, JUMAT — Tingkat pengangguran Jepang naik menjadi 3,9 persen pada November dari 3,7 persen pada Oktober, di tengah resesi di ekonomi kedua terbesar dunia itu, data resmi menunjukkan Jumat (26/12).

Tingkat pengangguran untuk laki-laki naik menjadi 4,1 persen dari 3,9 persen bulan sebelumnya, sementara angka pengangguran untuk perempuan meningkat menjadi 3,8 persen dari 3,5 persen, menurut data dari Kementerian Dalam Negeri.

Jumlah orang yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat 100.000 orang dari setahun terdahulu menjadi berjumlah 2,56 juta orang.

Pembiayaan Perbankan Syariah Naik 100 Persen


MEDAN,JUMAT-Porsi pembiayaan atau kredit yang diberikan perbankan syariah di Sumatera Utara dalam dua tahun terakhir meningkat hingga lebih dari 100 persen.

Peningkatan ini melebihi rata-rata nasional. Akhir tahun 2009, Bank Indonesia menargetkan peningkatan pembiayaan dari perbankan syariah mencapai lima persen dari total pembiayaan atau kredit perbankan.

Berbicara dalam pembukaan Parade Ekonomi Syariah 2008 di Istana Maimun Medan , Jumat (26/12) Kepala Bank Indonesia (BI) Medan Romeo Rissal Pandjialam mengungkapkan, dua tahun lalu porsi pembiayaan perbankan syariah hanya 1,25 persen dari total kredit perbankan secara keseluruhan.

"Saya coba mengubah persepsi masyarakat dan dunia usaha terkait perbankan syariah yang tidak melulu bank antibunga. Dalam dua tahun terakhir, porsi pembiayaan perbankan syariah hampir mencapai tiga persen dari total kredit perbankan di Sumut. Bahkan akhir tahun 2009 nanti, saya menargetkan porsi pembiayaan perbankan syariah bisa mencapai lima persen dari total kredit perbankan secara keseluruhan," ujar Romeo.

Dia mengakui, target kenaikan tersebut bukan hal yang mudah, mengingat perekonomian global tengah dilanda krisis. Tingginya suku bunga juga menjadi pertimbangan pelaku usaha karena nilai margin di bank syariah pasti lebih tinggi dari tingkat suku bunga perbankan konvensional.

"Kami sekarang sedang memikirkan sebuah modal syariah investment untuk memacu pertumbuhan ekonomi syariah di Sumut. Tahun depan, bekerja sama dengan Pemprov Sumut kami akan mengundang investor dari Timur Tengah untuk mengerjakan berbagai proyek infrastruktur di Sumut. Kalau berhasil, artinya ada uang yang masuk dan nantinya kami minta investor Timur Tengah ini menjalin kerja sama dengan bank-bank syariah yang ada. Kalau terkumpul di bank syariah kan ada dana yang bisa digulirkan ke masyarakat, terutama rakyat kecil dan sektor usaha kecil menengah, " katanya.

Deputi Gubernur BI yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) membenarkan tingkat kesulitan pencapaian target pembiayaan perbankan syariah tahun-tahun mendatang. Kondisi ini menurut Muliaman sangat dipengaruhi krisis ekonomi global. "Perbankan syariah di Sumut dituntut untuk bisa lebih kreatif," katanya.

Muliaman mengapresiasi kegiatan Parade Ekonomi Syariah di Sumut yang mampu mewujudkan pembiayaan syariah kepada 1.430 nasabah. Jumlah pembiayaan terbesar yang mampu dilakukan perbankan syariah dalam waktu sehari.

Gubernur Sumut Syamsul Arifin, meminta perbankan syariah di Sumut tetap menjadi motor pembiayaan usaha kecil dan menengah (UKM). Dia mengatakan, tingkat kredit macet UKM di Sumut justru paling rendah dibanding debitur perbankan kelas kakap.

"Tingkat kredit macet UKM di Sumut hanya lima persen. UKM dan terutama rakyat kecil ini kan paling takut tidak mampu membayar utang. Kalau enggak mampu membayar utang, mereka berpikir, tidak dihitung pahalanya di akhirat nanti. Kesadaran seperti ini yang mestinya menjadi modal bagi perbankan syariah di Sumut untuk terus menopang mereka," kata Syamsul.

Dia juga mengungkapkan, hampir 80 persen perekonomian di Sumut ditopang oleh sektor UKM. Terbukti mereka yang paling tahan terhadap krisis. "Kalau mau sebenarnya perbankan ini bisa memberikan pembiayaan terhadap 1.000 UKM yang nilainya sama dengan kredit yang diberikann kepada seorang pengusaha besar, " katanya.

Sriatun, Mengolah Sampah Menjadi Rupiah


Sampah bila diolah tidak membuat susah, justru akan menjadi pundi-pundi rupiah. Peraih kalpataru 2008 kategori perints lingkungan hidup Sriatun Jupri mengatakan produk berbahan daur ulang dari sampah akan mendatangkan uang yang bisa menamb ah penghasilan keluarga.

Sriatun menceritakan pengalamannya sejak 1973 berjuang mengubah pola hidup masyarakat sekitar tempat tinggalnya agar lebih sadar lingkungan. Warga Jambangan, Surabaya itu pada Jumat (26/12) menuturkan manfaat sampah untuk memotivasi siswa SMP Negeri 2 Kebomas dan SMP 25 Surabaya di SMP Negeri 2 Kebomas Gresik.

Perjuangan Sriatun selama 35 tahun sejak 1973 tak pernah surut. Dari masa ke masa, ibu dua anak itu aktif berorganisasi. Dulu, Sriatun muda berjuang untuk jambanisasi. Saat itu masyarakat tempat tinggalnya terbiasa membangun WC helicopter di bantaran sungai. Sedikit demi sedikit kebiasaan itu dihilangkan, namun dengan habisnya WC helicopter bukan berarti perjuangan Sriatun selesai.

Kini pendekar Kalpataru ini sehari-hari bergelut dengan sampah, mulai dari memilah sampai memroses sampah menjadi rupiah. Sriatun mencontohkan barang-barang hasil daur ulang sampah berupa tas belanja Rp 25.000 hingga Rp 75.000. Sementara itu taplak meja dari daur ulang sampah Rp 50.000 dan setangka bunga merah kuning da putih setangkainya Rp 5.000.

Tas belanja seharga Rp 25.000 yang dimaksud Sriatun adalah tas yang terbuat dari bekas pembungkus sabun cair. Sedangkan tas yang seharga Rp 75.000 terbuat dari bekas plastik kecap. Taplak meja dibuat dari plastik sedotan air minum kemasan. Bunga warna-war ni terbuat dari plastik kresek, bekas botol air kemasan, kulit bawang putih serta beberapa sampah yang lain.

Menurut Sriatun, harga barang yang ditawarkan dari bahan daur ulang sampah memang mahal, karena pemasarannya diekspor ke Jepang. Selain itu, banyak tamu baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang datang membeli produk dari sampah. Para ibu-ibu rumah tangga yang berkerajinan daur ulang sampah di sekitar tempat tinggalnya saat ini berpenghasilan rata-rata sebulan Rp 500.000. "Itu suatu jumlah yang lumayan untuk membantu kebutuhan rumah tangga," tuturnya.

Kepala SMP Negeri 2 Kebomas Gresik, Yudho Siswanto mengatakan Sriatun diundang secara khusus ke sekolahnya untuk memberikan pencerahan kepada para siswa dan anggota PKK sekitar sekolah. Kepeloporan Sriatun diharapan bisa membangkitkan semangat siswa. Sriatun diundang dalam memeringati hari Ibu ke-80 dan menyambut tahun baru 1430 Hijriyah.

Yudho menjelaska kehadiran 30 pelajar, 20 guru beserta kepala SMP Negeri 25 Surabaya, Libia studi bandig ke SMP 2 Kebomas Gresik. Mereka ingin belajar lebih banyak tentang mengelola sekolah yang berorientasi lingkungan menuju sekolah Adiwiyata seperti SMP Negeri 2 Kebomas. "SMP Negeri 2 Kebomas mengembankan pupuk kompos," ujarnya

Waduh, Satu Juta Buruh Terancam PHK


JAKARTA, JUMAT — Ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi para buruh benar-benar serius. Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) memperkirakan 30 persen anggotanya atau lebih dari satu juta pekerja terancam PHK tahun depan.

Wakil Ketua Umum DPP KSPSI, Mathias Tambing, meminta agar pemerintah memberikan berbagai insentif kepada pelaku usaha serta memberikan stimulus kebijakan lain untuk mendukung kelangsungan usaha.

Sementara para pelaku usaha juga diminta memberikan jaminan tidak akan melakukan PHK kepada buruh mereka. "Sehingga tidak akan terjadi gejolak sosial lebih besar di kalangan pekerja," tulisnya melalui pesan singkat, Kamis (25/12).

Ia juga menampik pernyataan Mennakertrans Erman Suparno bahwa angka pengangguran cenderung menurun setiap tahun. Menurut Mathias, pengangguran justru terus bertambah karena gelombang PHK terus terjadi di berbagai daerah.

Akibat krisis keuangan global, masa depan buruh menjadi suram. Sebagian besar pengusaha telah menyatakan akan mengurangi pekerja mereka tahun depan. Namun, Mathias menyatakan bahwa alasan pengusaha mengurangi pekerja lantaran krisis global adalah hal yang tidak masuk akal.

Menurutnya, upah buruh di Indonesia masih relatif kecil, yakni kurang dari 20 persen sehingga hal ini tidak begitu memberatkan pengusaha. Ia juga mengungkapkan, banyak pengusaha yang menjadikan krisis global sebagai alasan untuk menekan pekerja. "Kurang layak dijadikan alasan untuk melakukan efisiensi atau menjadi alasan untuk menyelamatkan perusahaan," ujarnya.

Investor Banyak Libur, Rupiah Stabil


Jakarta - Pergerakan rupiah di hari 'kejepit' ini diprediksi tidak akan banyak berubah alias stabil dengan kecenderungan menguat.

Transaki pasar valas diprediksi tidak akan terlalu ramai karena pelaku pasar banyak yang meneruskan libur Natal hingga akhir pekan ini.

Pada perdagangan valas pukul 08.30 WIB, Jumat (26/12/2008) rupiah menguat 25 poin ke posisi 11.175 per dolar AS. Tidak banyaknya belanja dolar AS akan membuat rupiah bergerak di kisaran 10.800-11.000 per dolar AS.

Pasar finansial di Asia Pasifik juga banyak yang libur seperti Hong Kong, Filipina, Selandia Baru dan Australia sehingga praktis faktor eksternal tidak akan terlalu banyak mempengaruhi gerak rupiah.

Satu-satunya sentimen positif yang masih dipelihara pelaku pasar adalah optimisme terjadinya deflasi di bulan Desember yang bisa menjadi modal untuk rupiah menguat di awal tahun depan.

IHSG Lemah, Rupiah Kuat


Jakarta - Transaksi di pasar finansial dalam negeri berlangsung tipis di hari kejepit ini karena masih dalam susana libur Natal. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah sedangkan rupiah masih bisa menguat.

Pada penutupan perdagangan saham sesi I, Jumat (26/12/2008) IHSG turun 7,919 poin (0,59%) menjadi 1.328,695. Saham PGN dan Telkom memimpin pelemahan IHSG di sesi siang.

Investor banyak yang memilih wait and see menjelang tutup tahun ini karena tidak ada sentimen positif yang masuk di lantai bursa. IHSG mengikuti tipisnya perdagangan di bursa global.

Sedangkan rupiah pada perdagangan valas pukul 11.30 WIB menguat 200 poin ke posisi 11.000 per dolar AS. Rupiah menguat karena pelaku pasar sudah banyak yang tidak memburu dolar lagi menjelang tutup tahun.

Perdagangan saham sesi siang benar-benar lesu dengan mencatat transaksi sebanyak 10.276 kali, dengan volume 461,3 juta saham, senilai Rp 314,1 miliar. Sebanyak 32 saham naik, 67 saham turun dan 40 saham stagnan.

Saham-saham yang turun harganya antara lain, Perusahaan Gas Negara (PGAS) turun Rp 30 menjadi Rp 1.820, Telkom (TLKM) turun Rp 50 menjadi Rp 6.800, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun Rp 25 menjadi Rp 4.325, Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) turun Rp 150 menjadi Rp 6.750 dan Bank Mandiri (BMRI) turun Rp 25 menjadi Rp 1.975.

Sementara bursa saham Asia yang buka di sesi siang ini bervariasi seperti KOSPI Korea turun 1,06%, Nikkei Jepang naik 0,87%, STI Singapura naik 0,47% dan Taiwan naik 0,54%.

Rupiah ke Zona Positif


Jakarta - Rupiah akhirnya bisa menutup pekan ini dengan berada di jalur positif. Rupiah diuntungkan dari sepinya permintaan dolar AS di hari kejepit ini.

Pada perdagangan valas pukul 17.00 WIB, Jumat (26/12/2008) rupiah menguat 25 poin ke posisi 11.175 per dolar AS. Rupiah hari ini sempat menguat ke level 10.800 per dolar AS namun posisi tersebut tidak bertahan lama.

Penguatan rupiah bersamaan dengan pasar saham yang juga berada di zona hijau dalam kenaikan yang tipis. Pelaku pasar optimistis rupiah akan kembali menguat di tahun 2009 karena inflasi yang mulai jinak terlebih setelah tren harga minyak dunia terus turun.

Apalagi ada angin segar di bulan Desember 2008 akan terjadi deflasi setelah pemerintah menurunkan harga premium dan solar.

Sementara mata uang negara Asia lainnya ditutup bervariasi terhadap dolar AS seperti yen Jepang menguat 0,02%, won Korea menguat 0,41%, dolar Singapura melemah 0,24%, bath Thailand melemah 0,58%, dan dolar Taiwan melemah 0,03%.

Harga BBM di AS Termurah dalam 5 Tahun


Jakarta - Rupiah akhirnya bisa menutup pekan ini dengan berada di jalur positif. Rupiah diuntungkan dari sepinya permintaan dolar AS di hari kejepit ini.

Pada perdagangan valas pukul 17.00 WIB, Jumat (26/12/2008) rupiah menguat 25 poin ke posisi 11.175 per dolar AS. Rupiah hari ini sempat menguat ke level 10.800 per dolar AS namun posisi tersebut tidak bertahan lama.

Penguatan rupiah bersamaan dengan pasar saham yang juga berada di zona hijau dalam kenaikan yang tipis. Pelaku pasar optimistis rupiah akan kembali menguat di tahun 2009 karena inflasi yang mulai jinak terlebih setelah tren harga minyak dunia terus turun.

Apalagi ada angin segar di bulan Desember 2008 akan terjadi deflasi setelah pemerintah menurunkan harga premium dan solar.

Sementara mata uang negara Asia lainnya ditutup bervariasi terhadap dolar AS seperti yen Jepang menguat 0,02%, won Korea menguat 0,41%, dolar Singapura melemah 0,24%, bath Thailand melemah 0,58%, dan dolar Taiwan melemah 0,03%.