Jumat, 26 Desember 2008

Investasi Valas? Lihat Dulu Prospek Rupiah


Jakarta - Pelemahan rupiah yang mencolok terlihat sejak Oktober 2008. Rupiah sempat anjlok ke 12.850 per dolar AS namun kemudian bisa menguat lagi seiring dengan kebijakan valas oleh Bank Indonesia. Lalu bagaimana prospek rupiah di ujung tahun hingga awal tahun depan?

Tidak ada salahnya bagi investor yang rajin berinvestasi di valas melihat dulu arah pergerakan mata uang lokal ini. Berikut analisa dan prospek rupiah dari analis Danareksa Sekuritas, Aldo Perkasa seperti detikFinance, Senin (22/12/2008).

Rupiah sempat mengalami depresiasi yang cukup dalam hingga -30% (pada saat dolar AS mencapai Rp 12.400), dibandingkan dengan negara lainnya yang rata-rata mengalami depresiasi sebesar 10%, akibat ketakutan para investor asing terhadap negara berkembang.

Ekonom Danareksa melihat beberapa alasan yang menyebabkan pelemahan Rupiah terjadi:

1. Keengganan pemerintah untuk menerapkan kebijakan blanket guarantee. Beberapa negara seperti Singapura, Malaysia and Australia telah melaksanakan kebijakan blanket guarantee sejak bulan Oktober, dan ini memicu capital outflows yang kemudian mempengaruhi stabilitas mata uang kita. Dalam perkembangan terakhir, beberapa pihak telah mengusulkan kebijakan ini kepada pemerintah, namun tampak pemerintah masih terus mendiskusikan hal tersebut.

2. BI telah mengeluarkan kebijakan untuk transaksi dolar AS yang mengatur jumlah maksimum dolar AS yang dapat dibeli setiap bulannya. Namun, dengan sosialisasi yang kurang, hal ini justru dapat memicu sentimen negatif terhadap Rupiah akibat pemegang USD yang merasa khawatir untuk sulit mendapatkan USD kembali di masa mendatang, sehingga membuat mereka berpikir dua kali untuk menukarkan USD-nya.

3. Investor global mungkin melihat ekonomi Indonesia sebagai salah satu yang memiliki risiko mata uang yang besar. Hal ini disebabkan oleh tingginya rasio utang luar negeri terhadap cadangan devisa yang sekitar 2,8x dibandingkan rata-rata Asia yang hanya 1,1x.
Dalam perkembangan terakhir, rupiah mengalami penguatan yang cukup signifikan ke level Rp 10.900-an di minggu kedua bulan Desember.

Ekonom Danareksa juga melihat potensi penguatan USD akan terus berlanjut hingga ke Rp 10.000/USD di Januari 2009 yang didukung oleh beberapa hal:

1. Indonesia bukan negara export dependent.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Indonesia memiliki rasio ekspor terhadap Pendapatan per Kapita yang paling kecil dibandingkan dengan negara tetangga. Maka seharusnya ekonomi Indonesia merupakan salah satu yang paling bisa bertahan di tengah krisis global ini.

Indonesia memiliki rasio tingkat ekspor terhadap pendapatan per kapita yang cukup kecil dibandingkan dengan negara tetangga, yaitu sekitar 30%, dibandingkan dengan Malaysia 110%, Singapura 230% dan Thailand 73%.

2. Tingkat inflasi dan suku bunga yang stabil.
Seiring dengan penurunan harga komoditas dunia, maka tingkat inflasi akan ikut turun, begitu juga dengan suku bunga. Inflasi bulan November mulai menurun (0,12% dalam satu bulan terakhir dan 11,7% dalam satu tahun terakhir. Sementara BI Rate turun ke level 9,25%.

Hal ini akan berimbas positif pada ekonomi indonesia dan tidak akan memicu capital outflows, karena tren penurunan suku bunga juga terjadi di negara lain. Untuk tahun depan ekonom kami memperkirakan inflasi akan mencapai 8% dan BI rate 8,5% di akhir tahun 2009.

3. AS akan mencetak uang dalam jumlah besar. Fed telah menyuntikkan triliunan USD ke sistem finansial AS untuk mendukung perekonomiannya, dan ini dilakukan dengan cara mencetak uang, yang dikonfirmasikan dengan adanya stimulus sebesar USD 800 miliar, sehingga akan meningkatkan suplai USD di pasar. Seiring dengan kontraksi ekonomi AS, hal ini akan berpotensi menekan USD dan membantu Rupiah untuk mengalami apresiasi.

Aldo mengingatkan, di balik pasar finansial yang mulai rebound, kewaspadaan terhadap perkembangan ekonomi dunia dan domestik tetap perlu, sebab risiko terhadap perlambatan ekonomi tersebut masih ada sehingga kemungkinan bagi pasar finansial untuk mengalami koreksi kembali juga masih cukup besar.(ir/qom)

Tidak ada komentar: