Kamis, 06 Agustus 2009

FB, BB, dan Digital Colonization

Tahukah Anda? Peradaban Barat (dan juga sejumlah negara maju di belahan bumi lainnya) bisa maju disebabkan masyarakatnya secara lengkap telah mengalami berbagai tahapan kebudayaan secara linear dan utuh. Dari kebudayaan lisan, kebudayaan tulisan, kebudayaan baca, kebudayaan audio-visual (teve), dan sekarang kebudayaan cyber. Hal ini tidak dialami oleh bangsa Indonesia. Bangsa ini hanya mengalami kebudayaan lisan, lalu melompat ke kebudayaan audio-visual, dan sekarang termehek-mehek dengan kebudayaan cyber. Kebudayaan tulisan dan baca terlewat, dan sedihnya, terlupakan.

Bisa jadi, sebab itu ada perbedaan besar antara kebiasaan masyarakat Barat (dan masyarakat negara maju lainnya) dengan kebiasaan masyarakat Indonesia, salah satunya yang paling mudah dilihat adalah saat mengisi waktu luang, apakah itu sedang antre di bank, menunggu panggilan di loket rumah sakit, tengah menunggu kendaraan atau seseorang, sedang duduk di lobi hotel, atau sedang duduk di dalam kendaraan umum.

Di Barat dan di negara-negara maju, orang biasa mengisi waktu kosong atau waktu luangnya dengan membaca, apakah itu suratkabar, majalah, novel, atau buku non-fiksi. Jika bepergian kemana pun, mereka terbiasa selalu menyelipkan buku di dalam tas atau menentengnya di tangan. Sebab itu, bukan pemandangan aneh jika di dalam subway, di taman-taman, di halte bus, di depan loket berbagai instansi, di pinggir jalan, maupun di pantai, mereka selalu asyik mengisinya dengan kegiatan membaca.

Bagaimana dengan orang Indonesia? Silakan pergi ke tempat-tempat yang telah disebutkan di atas. Anda akan menemukan banyak sekali saudara-saudara sebangsa kita tengah asyik memainkan gadget mereka, bukan membaca. Sebab itu, Indonesia sejak lama menjadi pangsa pasar yang sangat menggiurkan bagi para produsen ponsel dunia. Bahkan konon, negeri ini telah menjadi semacam wilayah test pasar bagi produk-produk ponsel dunia teranyar. Dan setahun belakangan ini, ponsel dengan fasilitas chatting atau pun yang membenamkan kemampuan untuk bisa ber-fesbukan-ria laku keras. Blackberry-pun naik daun. Dan jangan heran jika di negara terkorup dunia dan nyaris masuk dalam kategori “Negara Gagal” ini ternyata bisa menjadi empat besar dunia dalam rating angka penjualan Blackberry. Blacberry dan Fesbuk telah menjadi trend masyarakat kita sekarang.

Digital Colonization

Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Demikianlah salah satu akibat dari trend digital sekarang ini. Fungsi asli dari FB dan situs jejaring sosial lainnya seperti halnya Friendster, Twitter, dan sebagainya adalah untuk membuat jaringan teman di dunia maya. Hal ini sangat bermanfaat bagi para marketer atau orang-orang yang memang diharuskan bergiat untuk berhubungan dengan banyak orang. Hanya saja, di Indonesia dan mungkin di negara lain, situs jejaring sosial ini malah menjadi trend yang sedikit banyak menggusur produktifitas nyata. Sekarang, lebih banyak orang menyukai melakukan kegiatan FB ketimbang membaca buku, kontemplasi, dan sebagainya. Padahal bagi kebanyakan orang, berfesbukan-ria tidak ada bedanya dengan ngerumpi dengan sesama teman di sekolah, pasar, atau pun kantor. Disibukkan dengan persoalan remeh-temeh. Wasting Time. Dengan sendirinya, produktivitas manusia menjadi menurun.

Kehadiran gadget hebat (dan mahal) seperti BB dengan media FB disadari atau tidak sekarang ini pada akhirnya hanya menjadi semacam simbol status. Di negara yang peradaban pengetahuannya sudah maju, penanda status sosial, apakah dia hebat atau tidak adalah buku. Semakin banyak buku yang dia baca maka semakin hebatlah dia di mata teman-temannya. Kredibilitas orang ditentukan oleh banyak sedikitnya pengetahuan yang didapat dari buku.

Namun di negara yang nyaris gagal seperti Indonesia terjadi parodi yang menyedihkan, penanda status sosial orang kebanyakan dilihat dari seberapa banyak dan canggihnya gadget yang kita tenteng, walau mungkin dia harus kredit untuk bisa memiliki itu. Ini sebenarnya merupakan pars pro toto, dari kecenderungan sebagian besar masyarakat kita yang memandang status orang, kredibilitas orang, status sosial orang lain, dengan sedikit banyaknya harta benda yang dimilikinya, tanpa perduli apakah dia bisa hidup kaya raya dengan merampok uang rakyat, menggelapkan uang umat, korupsi, dan sebagainya.

Hal ini menimbulkan efek domino, kian hari kian banyak orang yang ingin kaya raya dengan jalan pintas. Salah satunya dengan menjadi anggota legislatif misalnya, padahal dia sama sekali tidak mempunyai prestasi apa pun di masyarakat. Ini sesungguhnya merupakan mental bangsa terjajah.

Bagi kebanyakan orang di sini, bagi bangsa yang belum tersentuh budaya membaca dan lebih suka dengan kebudayaan mengobrol dan menonton, maka kehadiran BB dan FB dan semacamnya, tanpa disadari telah banyak merampas waktu berharga dalam hidupnya. Banyak orang rela berjam-jam untuk ber-BB atau ber-FB-ria, dan melupakan membaca buku, padahal waktu merupakan Pedang Democles, yang tanpa ampun akan membabat siapa saja yang tidak mengunakannya dengan baik. Inilah apa yang sebenarnya disebut sebagai Digital Colonization, penjajahan digital.

Pemakaian BB dan juga FB tidaklah salah. Bagi pekerja yang banyak menghabiskan waktu di jalan dan harus selalu connect dengan rekan-rekan kerjanya, atau bosnya, atau seorang profesional yang harus selalu online, maka BB adalah hal yang amat penting. Demikian juga dengan FB, sangat vital bagi para marketer atau orang yang harus berhubungan dengan banyak orang lainnya, atau publik figur misalnya. Di tangan mereka, BB dan FB menjadi salah satu alat penunjang prestasi yang memang penting. Dan saya yakin, orang-orang seerti ini tidak akan terjerumus dalam kemubaziran pemakaian waktu karena mereka tahu kapan harus memulai dan kapan harus berhenti.

Apakah Anda sekarang telah memiliki akun di FB? Jika sudah maka manfaatkanlah dia dengan baik, tepat, dan bijak, bukan sekadar untuk wasting a time. Membaca buku atau membaca Qur’an, jauh lebih berguna untuk mengisi waktu ketimbang ngobrol. Dan jika Anda belum memiliki akun di FB, berpikirlah seribu kali, apakah Anda sudah siap untuk itu? Apakah hal itu merupakan KEBUTUHAN Anda, dan bukan sekadar KEINGINAN? Janganlah waktu yang sedikit ini dipergunakan dengan sia-sia, penuh kemubaziran. Karena Allah SWT telah memperingatkan umat-Nya jika kemubaziran itu adalah perilaku saudara-saudaranya setan.

Selasa, 30 Juni 2009

Bisnis Warnet Potensial untuk Dikembangkan

Bisnis warnet dinilai potensial untuk terus dikembangkan, pasalnya masyarakat Indonesia semakin melek dengan teknologi. Namun, untuk memiliki internet di rumah, banyak yang mengalami kesulitan secara finansial.

"Untuk membawa internet ke rumah, harganya masih mahal. Masyarakat lebih memilih memenuhi kebutuhan lain, di situlah warnet akana memegang peranan," jelas Tombak Simanjuntak, Manager Development PT Generasi Indonesia Digital, di Jakarta, Selasa (30/6).

Sekarang ini, kata dia, masyarakat memang sudah dapat mengakses internet secara mobile. Namun, itu hanya dilakukan untuk hal yang sepele dan tidak membutuhkan durasi yang lama. Untuk melakukan sebuah riset, seseorang tetap harus mengakses internet melalui warnet.

Banyaknya modem internet dinilai Tombak bukanlah hal perlu dikhawatirkan oleh pengusaha warnet. "Modem memang terkesan murah, tapi untuk biaya bulanan sekitar Rp. 300.00 tetap saja terasa mahal. Orang lebih akan memilih pergi ke warnet yang perjam-nya Rp. 4.000, jauh lebih terasa ringan," ujarnya.

Lebih lanjut ia menerangkan, bisnis warnet di luar Jakarta lebih berpotensi. "Dari hasil catatan kita, tingkat okupansi warnet di daerah tepencil lebih tinggi, walaupun memang jaringannya belum bisa dibilang baik," lontarnya.

Sedangkan untuk pangsa pasar, lanjur Tombak, pelajar dan usia produktif adalah segmen potensial. "Mereka memerlukan internet untuk membantu mengerjakan tugas, jadi pelajar bukan hanya mengarah negatif, tapi juga positif. Kalau pun ada yang menggunakan warnet untuk mengakses hal-hal negatif, hal itu dikembalikan lagi pada diri masing-masing," ujarnya.

"Bisnis ini akan terus berkembang sampai harga internet itu murah, dan saya tidak tahu kapan harga internet akan murah," jelasnya.

Agen Asuransi, Peluang Karier Menjanjikan

Pada edisi pekan lalu, saya sudah menyampaikan kepada Anda tentang standar profesi agen asuransi jiwa yang berkualitas. Seiring peningkatan kesadaran masyarakat dalam berasuransi, industri asuransi semakin membutuhkan agen-agen asuransi jiwa yang profesional.

Sebesar apakah kebutuhan industri asuransi terhadap agen asuransi jiwa? Semua itu bergantung pada intensitas pertumbuhan bisnis asuransi di masa yang akan datang. Data empiris menunjukkan bahwa ruang gerak pertumbuhan sektor asuransi di Indonesia terbuka sangat lebar.Tren ini terlihat dari pertumbuhan penjualan polis asuransi jiwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir (hingga akhir 2007).

Menurut data Biro Perasuransian, perusahaan-perusahaan asuransi jiwa di Indonesia berhasil mencapai pertumbuhan premi bruto sebesar 36,16 persenper tahun selama periode 2003?2007.Kalau pada 2003 total akumulasi premi sebesar Rp13, 6 triliun, jumlah tersebut mengalami peningkatan signifikan menjadi Rp45, 5 triliun pada 2007. Ini raihan pertumbuhan yang melebihi pertumbuhan premi bruto di negara-negara Asia.

Pada kuartal IV-2008, catatan AAJI menunjukkan bahwa persentase pertumbuhan tersebut memang mengalami perlambatan sebagai akibat dari pelemahan kinerja pasar modal karena terjadi krisis keuangan global. Pasar asuransi jiwa nasional pun terkena imbasnya. Dalam beberapa waktu terakhir, kontraksi indeks bursa telah menekan pertumbuhan dua jenis produk asuransi jiwa yakni premi tunggal maupun unit-link, yang notabene merupakan produk penggerak pertumbuhan asuransi jiwa. Meskipun demikian, saat ini pasar asuransi jiwa nasional mulai menggeliat kembali seiring dengan membaiknya kondisi pasar modal kita.

Kalaupun persentase pertumbuhan premi bruto asuransi jiwa di negara kita cukup tinggi, penetrasi asuransi nasional diharapkan masih akan bertumbuh jauh lebih cepat dari pencapaian sebelumnya. Ruang pertumbuhan asuransi jiwa di negara kita jauh lebih besar ketimbang peluang penetrasi di negara-negara Asia.Menurut data Swiss Re, persentase premi asuransi terhadap produk domestik bruto (PDB) di Indonesia pada 2007 sebesar 1,1 persen.

Secara komparatif, persentase ini jauh lebih kecil ketimbang besaran persentase di negara lain, misalnya Hong Kong 10,6 persen, Jepang 9,6 persen, Singapura 6,2 persen, India 4 persen, dan Malaysia 3,1 persen. Data ini menunjukkan bahwa pertumbuhan industri asuransi jiwa di Indonesia amat terbuka lebar, dan itu berarti kebutuhan tenaga agen asuransi akan terus bertambah! Ke depannya, kebutuhan tenaga agen asuransi jiwa sangatlah bergantung pada harapan pertumbuhan bisnis asuransi di masa yang akan datang.

Berdasarkan tren laju perkembangan industri asuransi jiwa tersebut, jumlah agen yang dibutuhkan akan terus berkembang. AAJI mencatat bahwa jumlah agen asuransi jiwa di Indonesia sebanyak 278.457 orang hingga kuartal IV-2008. Jumlah ini diharapkan akan mencapai 500 ribu orang pada periode 2011?2012.

Kompensasi, Fasilitas, dan Apresiasi bagi Agen


Seperti apakah gambaran profesi sebagai agen asuransi di Indonesia? Sebelum Anda mengemban tugas dari perusahaan asuransi jiwa untuk memasarkan beragam produk asuransi dan layanan di dalamnya, Anda harus mengikatkan diri melalui suatu perjanjian keagenan dengan salah satu perusahaan asuransi jiwa nasional.

Dalam hal kompensasi penghasilan, perusahaan menyediakan salah satu di antara tiga jenis kompensasi, yakni (1) komisi dan tunjangan, ( 2) komisi, (3) komisi dan bonus. Skema komisi banyak diberlakukan bagi kalangan agen yang berpengalaman, khususnya bagi agen-agen yang menjual produkproduk individu. Apa itu komisi? Komisi adalah penghasilan seorang agen yang akan dibayarkan oleh perusahaan, dan besarannya berdasarkan sejumlah persentase tertentu dari jumlah premi yang dibayarkan oleh nasabah. Besaran persentase komisi amat bergantung pada jenis produk yang dijual oleh sang agen.

Selain itu, jenis transaksi juga memengaruhi persentase komisi misalnya pembayaran polis baru atau pembayaran premi untuk polis lanjutan.Bagaimana halnya dengan bonus? Umumnya, perusahaan akan memberikan bonus kepada seorang agen bila yang bersangkutan berhasil mencapai target penjualan yang ditentukan oleh perusahaan. Melalui skema kompensasi yang bersifat variabel seperti ini, jumlah uang yang bisa diterima oleh seorang agen dari prestasi penjualannya setiap bulan menjadi tidak terbatas. Semakin besar premi penjualan seorang agen, penghasilan yang bersangkutan akan bertumbuh dengan cepat.

Bonus yang diperolehnya juga bisa bertambah besar bila sang agen berhasil membukukan premi yang lebih besar pula. Mengingat produk asuransi jiwa adalah produk yang sarat dengan penjelasan teknis, fasilitas pelatihan dan pendidikan merupakan suatu kebutuhan standar bagi seorang agen. Pelatihan dan pendidikan sangat bermanfaat bagi perkembangan karier dan profesionalisme seorang agen.Saat ini berbagai perusahaan asuransi seakan berlomba-lomba untuk menyediakan fasilitas pelatihan dan pendidikan bagi para agen. Ini atmosfer kondusif bagi para agen dalam meningkatkan kualitas profesi yang mereka geluti di masa yang akan datang.

Selain potensi penghasilan tak terbatas serta pemerolehan fasilitas pendidikan dan pelatihan, profesi agen asuransi juga sarat dengan berbagai penghargaan dari perusahaan asuransi. Berbagai bentuk insentif penjualan pun diberikan perusahaan untuk memacu prestasi para agen.Perjalanan keluar negeri bersama keluarga, hadiah berupa peralatan kerja misalnya laptop atau ponsel terbaru merupakan contoh penghargaan yang diberikan oleh perusahaan bagi agen asuransi yang berprestasi.

Secara organisatoris, AAJI bertekad memacu profesionalisme dan perkembangan agen asuransi nasional.Sejak 22 tahun lalu, AAJI secara konsisten menyelenggarakan Top Agent Award (TAA), yang merupakan bentuk penghargaan kepada para agen asuransi jiwa terbaik nasional.Selain itu, AAJI akan memberikan sebuah mobil baru bagi agen yang berprestasi pada perhelatan TAA tahun depan. Deskripsi tersebut menunjukkan bahwa agen asuransi adalah profesi yang menjanjikan bagi seluruh angkatan kerja nasional. Profesi agen terbuka bagi Anda yang baru saja menyelesaikan bangku perkuliahan.

Profesi agen pun terbuka bagi Anda yang sedang mencari pekerjaan baru, yang mungkin disebabkan karena Anda terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Segera hubungi perusahaan asuransi idaman Anda! Masuki gerbang awal keberhasilan hidup Anda melalui profesi agen asuransi jiwa!

EDDY KA BERUTU
Praktisi Asuransi dan Ketua Departemen Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan AAJI

Meningkatkan Pemasaran dalam Kondisi Krisis

SECARA jujur, apa yang Anda pikirkan tentang kondisi ekonomi dunia secara global sekarang ini? Mungkin banyak dari Anda yang mengatakan sedang terjadi krisis ekonomi yang cukup parah, bahkan parah.


Namun, ada juga dari Anda yang mungkin melihat sekarang ini bukan ?krismon?-tapi ?simon?, yaitu bukan krisis moneter tapi siklus moneter.Semua pasti ada siklusnya. Mungkin kita sekarang sering melihat atau mendengar jika tidak sedikit yang merasa berputus asa dalam kondisi sekarang ini.Merasa bisnisnya mentok, bahkan mengalami kerugian yang terus menerus.

Mungkin juga sudah ada yang berpikir untuk menghentikan bisnisnya atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada karyawannya. Jika kita mampu menangkap peluang dan segera beraksi dalam kondisi seperti ini, kita tentu tetap akan mendapatkan hasil yang dahsyat. Pernahkah Anda mendengar atau melihat dalam kondisi ekonomi yang dianggap terpuruk sekali pun ada perusahaan yang maju dan bahkan semakin berkembang? Dalam kondisi seperti sekarang ini, kita tetap bisa meningkatkan pemasaran.

Yang paling penting, kita terus fokus pada bagaimana cara membuat nilai tambah yang dahsyat, selanjutnya buatlah faktor kalinya.Buatlah orang lain menang (win) terlebih dulu, maka Anda pun akan menjadi pemenang. Bagi Anda bergerak dalam bidang penjualan atau bisnis apa pun, sebenarnya Anda tetap bisa meningkatkan pemasaran produk atau jasa dalam kondisi apa pun, antara lain dengan menggunakan faktor kali.Sebagai contohnya,ada peserta seminar saya (setelah belajar dari marketing revolution saya) mencoba memulai bisnis pemasaranbuku.

Akhirnya iamulaitahudan praktik untuk membuat faktor kali. Jika selama ini hanya menjual buku sendiri (secara tradisional),ia hanya mendapatkan hasil penjualan yang biasasaja.Namun,ketikaiaakhirnya mampu membuat faktor kali dengan menjual bukunya melalui multilevel (yang mempunyai faktor kali),akhirnya penjualannya bukunya bisa jauh meningkat. Untuk meningkatkan pemasaran, Anda bisa mengombinasikan kemampuan internet marketing.

Jika Anda belum pernah belajar mengenai internet marketing, lakukan sekarang juga. Karena banyak sekali bisnis yang masih dijalankan secara tradisional dan mengeluarkan biaya marketing,promosi yang besar namun hasilnya biasa saja,bahkan merugi.Dengan internet marketing (tentunya, jika Anda belajar dari orang yang tepat), Anda akan bisa meningkatkan pemasaran dengan lebih efektif yang bisa menghemat biaya promosi atau pemasaran. Intinya adalah, apa pun bisnis yang Anda jalankan,dalam kondisi krisis sekali pun, Anda tetap bisa melakukan peningkatan pemasaran dengan membuat nilai tambah produk/jasa Anda.

Harus pula diingat, selalu buat faktor kali Anda, karena sebagus apa pun nilai tambah Anda, tanpa membuat faktor kali,Anda akan menghadapi lebih banyak tantangan dalam meningkatkan pemasaran. Lakukan sekarang juga, daftar orang, perusahaan atau apa pun yang bisa menjadi faktor kali Anda untuk meningkatkan pemasaran dalam kondisi yang dianggap krisis seperti sekarang ini.

Selamat praktik dan meraih hasil yang dahsyat! Jika mempunyai kisah kesuksesan karena telah membaca dan mempraktikkan ilmu yang saya ajarkan dalam bukubuku saya atau karena hasil mengikuti seminar-seminar saya, segera kirim ke: ungdw@ dahsyat.com.

Untuk kisah sukses yang inspirasional, saya akan tampilkan di buku saya selanjutnya. Ini merupakan kesempatan emas Anda dan sekaligus mempromosikan produk atau jasa yang Anda tawarkan. (*)



TUNG DESEM WARINGIN

Istri Madoff Kesepian & Malu

NEW YORK - Hukuman penjara 150 tahun bagi Bernard Madoff menjadi pukulan tersendiri bagi istrinya, Ruth Madoff. Sepertinya dia tidak akan bisa melihat suaminya lagi di luar penjara. Dia pun merasa malu dan kesepian.

"Saya malu. Saya merasa dikhianati dan bingung. Pria yang melakukan kejahatan mengerikan ini bukanlah pria yang saya kenal selama beberapa tahun ini," ujar Ruth, seperti dilansir news.com.au, Selasa (30/6/2009).

Madoff, pengusaha dan mantan kepala dari bursa saham Nasdaq, dijatuhi hukuman 150 tahun penjara. Penipu investasi terbesar sepanjang sejarah itu mendapatkan hukuman maksimal atas kejahatan luar biasa di Wall Street. Para investor yang termakan tipuan Madoff bersorak gembira dan bertepuk tangan ketika hakim membacakan putusannya.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan melalui kuasa hukumnya, Ruth mengatakan saat ini dirinya terpaksa bersuara.

"Sebab selama ini keengganan saya untuk berbicara telah ditafsirkan sebagai sikap acuh tak acuh saya atau tidak adanya simpati kepada para korban kejahatan suami saya, Bernie," ungkap Ruth.

Meski begitu, Ruth mengaku belajar dari kejahatan besar yang dilakukan suaminya. "Saya memikirkan dua hal. Pertama, sangat banyak orang yang percaya dia (Madoff) akan hancur secara keuangan dan emosional. Kedua, kehidupan saya dengan dengan pria yang saya kenal selama 50 tahun telah berakhir," tutur dia.

Ruth pun mengaku banyak investor yang ditipu oleh suaminya adalah teman dekat dan keluarganya sendiri.

Nyonya Madoff tidak dikenai tuntutan oleh jaksa, namun dia telah bersedia untuk melepaskan asetnya senilai USD80 juta.

Rabu, 25 Februari 2009

Pemerintah AS Hentikan Tunjangan Sosial Untuk Penggangguran

AS akhirnya harus menghentikan program tunjangan sosialnya kepada para pengangguran di negeri itu. Pekan ini, pemerintah AS memutuskan bahwa dalam jangka waktu tertentu, bantuan itu untuk sementara dihentikan.

Jumlah pengangguran yang meningkat drastis di AS memang meningkat demikian pesat, terutama dalam dua bulan terakhir. Setiap pekan, sekitar 4,37 juta orang AS menjadi penerima bantuan sosial yang reguler dari pemerintah. Jumlah yang demikian besar itu jelas membuat dana kas AS membengkak. Rencananya, stimulus yang dicanangkan Barack Obama sebagiannya (atau sebesar 40$ trilyun) juga akan dialokasikan pada sektor ini.

Sebaliknya, untuk sementara waktu pula, pemerintah AS akan menyediakan kartu debit. Kartu ini bisa ditukarkan di tempat-tempat tertentu. Untuk pemakaian pertama kali, pemakai kartu yang tentunya para pengangguran di AS, tidak akan dikenai biaya. Tapi untuk selanjutnya, pemakaian kartu itu akan dikenakan utang yang harus dibayar oleh pemakai kartu. Pemerintah AS sudah menunjuk Citigroup Inc., Bank of America Corp, JPMorgan Chase and US Bancorp untuk mengurus masalah ini.

Pemakaian kartu debit ini pun terbatas, hanya untuk pemakaian sampai $20 (sekitar Rp. 350.00). Bulan Februari 2009 ini, angka pengangguran di AS bertambah lagi 7,6%. Tahun 2003, AS hanya mengeluarkan anggaran tunjangan sosial sebesar $4 juta. Tahun 2007 meningkat menjadi $2,8 milyar, dan satu tahun mendatang, para ahli ekonomi AS dan Mercator Advisory Group, sebuah perusahaan konsultan ekonomi, memprediksikan AS harus menyediakan dana untuk tunjangan pengangguran saja sebesar $10,5 trilyun!

The Great Depression Jilid Dua?

Dengan segala hal yang terjadi di belahan bumi sekarang ini, ekonomi dunia sedang berada dalam kondisi yang mengerikan. Para pengamat ekonomi yakin bahwa saat ini dunia tidak hanya sedang menghadapi resesi tetapi lebih kepada depresi. Jika resesi hanya gangguan ekonomi yang kecil, maka depresi adalah kejatuhan ekonomi yang tragis.

Sebelumnya, dunia internasional juga sudah mengalami hal ini pada waktu lalu. Pada tahun 1929, AS, dan Eropa mengalami kebangkrutan yang hebat. Inilah kondisi ekonomi paling buruk dan paling lama selama zaman kapitalisme Barat. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai The Great Depression. The Great Depression dimulai di New York. Selama tiga tahun berturur-turut sejak tahun 1929, Bursa Efek New York bangkrut dan bangkrut, dan puncaknya tahun 1932, AS hanya menyisakan 20% kekayaannya dari yang mereka punyai tiga tahun sebelumnya. Ekonomi AS tiba-tiba membuat investor ogah menanamkan modalnya di sana, dan bank-bank mereka tenggelam. tahun 1933, 11.000 bank dari jumlah keseluruhan 25.000 yang ada di AS, ditutup. Bersamaan dengan itu, pendapatan ekonomi luar negeri pun berkurang drastis, dan produksi dalam negeri AS pun kembang-kempis mendekati sekarat. Tahun 1932 pun, AS hanya mempunyai 30% orang yang bekerja rutin. Sisanya? Menjadi pengangguran.

Apa yang terjadi di AS segera disusul oleh negara-negara sekutunya. AS menjadi kreditor terbesar kepada negara-negara lain. Salah satu yang menyebabkan AS terlilit utang besar adalah perang. Sialnya, ternyata Inggris dan Jerman, sebagai negara sekutu AS yang paling loyal, mengalami dampak lebih parah daripada AS. Tahun 1932, pengangguran di Jerman berjumlah 6 juta atau 25 persen dari lapangan pekerjaan yang ada.

Saat itu, negara-negara yang terkena depresi eknomi ini mencobca mencari solusi dengan cara menaikan tarif, pajak, dan menetapkan kuota untuk impor luar negeri. Akibatnya perdagangan internasional pun semakin lesu. Tahun 1932, separuh dunia benar-benar sudah lumpuh perekonomiannya.

The Great Depresi tak pelak dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi juga. Di AS, Franklin D. Roosevelt naik menjadi presiden tahun 1932 dan ia memperkenalkan sejumlah metode agar AS keluar dari himpitan ekonomi itu. Tapi Roosevelt pun gagal. Tahun 1939, hanya tersisa 15% lapangan pekerjaan di negara itu.

Bagaimana AS keluar dari The Great Depression? AS kemudian mulai memantik Perang Dunia II. Inilah yang kemudian disebut-sebut sebagai jalan AS kembali ke perekonomiannya yang segar. Pengamat ekonomi menyebutkan bahwa The Great Depression merupakan buah tangan pemerintah AS yang tidak becus dalam mengelola manajemen rumah tangganya sendiri. Setelah Perang Dunia II, AS berangsur-angsur pulih. Akankah sekarang pun AS menyelesaikan resesi ekonominya dengan memerangi negara-negara Arab yang kaya seperti Afghanistan dan Iran? Kita lihat saja nanti.

Hanya dengan perang para penguasa 'uang' dunia dapat mengembalikan kekayaan yang telah hilang. Perang Dunia I dan II, tak lain ciptaan imperium 'uang' Yahudi, yang bukan hanya ingin menghidupkan kembali ekonominya, tapi juga menguasai pusat kekuasaan dunia, seperti Amerika dan Eropa. Dan, skenario itu berhasil dicapainya.