"Untuk membawa internet ke rumah, harganya masih mahal. Masyarakat lebih memilih memenuhi kebutuhan lain, di situlah warnet akana memegang peranan," jelas Tombak Simanjuntak, Manager Development PT Generasi Indonesia Digital, di Jakarta, Selasa (30/6).
Sekarang ini, kata dia, masyarakat memang sudah dapat mengakses internet secara mobile. Namun, itu hanya dilakukan untuk hal yang sepele dan tidak membutuhkan durasi yang lama. Untuk melakukan sebuah riset, seseorang tetap harus mengakses internet melalui warnet.
Banyaknya modem internet dinilai Tombak bukanlah hal perlu dikhawatirkan oleh pengusaha warnet. "Modem memang terkesan murah, tapi untuk biaya bulanan sekitar Rp. 300.00 tetap saja terasa mahal. Orang lebih akan memilih pergi ke warnet yang perjam-nya Rp. 4.000, jauh lebih terasa ringan," ujarnya.
Lebih lanjut ia menerangkan, bisnis warnet di luar Jakarta lebih berpotensi. "Dari hasil catatan kita, tingkat okupansi warnet di daerah tepencil lebih tinggi, walaupun memang jaringannya belum bisa dibilang baik," lontarnya.
Sedangkan untuk pangsa pasar, lanjur Tombak, pelajar dan usia produktif adalah segmen potensial. "Mereka memerlukan internet untuk membantu mengerjakan tugas, jadi pelajar bukan hanya mengarah negatif, tapi juga positif. Kalau pun ada yang menggunakan warnet untuk mengakses hal-hal negatif, hal itu dikembalikan lagi pada diri masing-masing," ujarnya.
"Bisnis ini akan terus berkembang sampai harga internet itu murah, dan saya tidak tahu kapan harga internet akan murah," jelasnya.